Oleh
Muhammad Sholeh al-Ihsany
Aktivis
HMI Fakultas Adab yang selalu berkarya dengan senyuman.
Saya
teringat ketika setelah beberapa saat berita tentang penyerangan kapal misi
kemanusiaan untuk Gaza "Mavi Marmara" yang diserang dengan membabi
buta oleh militer Israel dengan berujung terlukanya beberapa relawan, ditawan,
bahkan di bunuh. Tiba-tiba sebuah pesan singkat dari teman sekolah saya masuk
ke inbox HP, dia menanyakan tanggapan dan langkah apa yang akan saya lakukan
setelah mendengar berita yang memilukan tersebut?. Saya terdiam sejenak, seakan
belum paham mengapa tiba-tiba dia bertanya seperti itu?. Lalu setelah larut
merenung saya tertunduk malu, mungkin tujuan teman saya hanya ingin tahu apa
yang dilakukan seorang mahasiswa yang kata orang sangat kritis, dinamis, dan
kreaktif.
Kejadian
di Gaza, Palestina adalah kejadian yang menjadi sorotan internasiaonal, banyak
kalangan mengecam tragedi tersebut yang konon telah berlangsung di Palestina
sejak 2006 bahkan sebelum itu. Namun dunia internasional hanya bisa mengecam
tanpa mampu melakukan langkah konkret menstop kebrutalan zionis Israel di Gaza
tersebut Israel mengklaim perbuatan mereka diizinkan oleh undang - undang
internasional, denagn dalih "karena itu, sesuai hukum internasional"
ungkap Menlu Israel Yighal Palmor. Sikap tidak senonoh ini dilanjutkan sengan
menolak seruan PBB untuk diadakan penyelidikan terhadap penyerbuan itu.
Perlu
kita ketahui mengapa Israel sangat ‘bernafsu’ membungi haguskan Palestina?
Kurang lebih ada empat tujuan mereka. Pertama, adalah menghancurkan HAMAS
(fraksi islam garis keras di Palestina), sebuah tujuan yang betul-betul tidak
realistis. Bahkan HAMAS dicap teroris oleh mereka. Kedua, adalah untuk
kepentingan pemilu di Israel. Penyerangan di Gaza juga dilakukan untuk menolong
Kadima dan sebuah usaha untuk mengalahkan Likud dengan pemimpinnya Benyamin
Netanyhu, yang baru-baru ini mendapatkan suara terbanyak. Ketiga, berkaitan
dengan militer, terutama Setelah rasa malu yang diterimanya saat memerangi
Libanon selama musim panas tahun 2006, maka Israel telah berusaha mencari
kesempatan untuk kembali dengan membangun kekuatan global. Keempat, usaha
mereka untuk menghentikan diluncurkannya roket Qassam ke wilayah kota di bagian
selatan Israel. Sebenarnya empat tujuan ini hanyalah topeng mereka saja.
Meskipun
begitu alasan mereka sungguh tak dapat diterima karena mereka mengutamakan
kepentingannya sendiri yang buram di mata dunia dengan cara menghancurkan,
mengebom, meblokade, dan melarang masukya bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza.
Mereka tak melihat sisi kemanusian, bagaimana dengan masa depan rakyat Gaza?.
Maka lazimlah bila Sekarang Gaza disebut sebagai "penjara" terbesar
didunia.
Berbagai
dampak buruk pemblokiran tampak dalam kehidupan masyarakat Gaza secara sosial
dan ekonomi. Kekurangan sandang, pangan, ketiadaan tempat tinggal, minus
listrik dan air bersih, sekolah-sekolah yang rata dengan tanah, kehilangan
pekerjaan dan rasa aman – tidak ada jaminan keselamatan jiwa, mewarnai
kehidupan warga Gaza sehari-hari.
Sampai
sekarang tak ada seorangpun yang bisa menghentikan tragedi tersebut walaupun
aksi solidaritas dilakukan oleh beberapa kalangan agamis, nasionalis dan
termasuk pula datang dari mahsiswa, namun semua itu toh tak mengubah sikap
zionis Israel. sampai PBB yang didirikan untuk menciptakan perdamaian dunia
tidak mampu meredamnya.
Maka
sebagai peutup tulisan ini, kita perlu mengamini pendapat Din Syamsuddin yang
merupakan Ketua prakarsa persahabatan Indonesia-Palestina yakni , ”sikap
Indonesia tidak cukup hanya dengan memprotes atau mengutuk kekejaman Israel,
tetapi harus diwujudkan dalam langkah yang lebih efektif untuk menimbulkan efek
jera terhadap Israel.”***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar